إِنَّالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)
Abu Bakar Al Muthawi’i selama dua belas tahun selalu aktif mengikuti majelis Imam Ahmad. Di majelis tersebut hadits tersebut Imam Ahmad membacakan Al Musnad kepada putra-putra beliau. Namun, selama mengikuti mejalis tersebut, Al Muthawi’i tidak memiliki catatan, walau hanya satu hadits. Lalu, apa yang dilakukan Al Muthawi’i di majelis itu? Beliau ternyata hanya ingin memandang Imam Ahmad. Ternyata, tidak hanya Al Muthawi’i saja yang datang ke majelis hadits hanya untuk memandang Imam Ahmad. Mayoritas mereka yang hadir dalam majelis tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Al Mathawi’i. Padahal jumlah mereka yang hadir dalam majelis Imam Ahmad saat itu lebih dari 5000 orang, namun yang mencatat hadits kurang dari 500 orang. Demikian Ibnu Al Jauzi mengisahkan Manaqib Imam Ahmad, 210. Apa yang dilakukan Al Muthawi’i, bukanlah hal yang sia-sia. Karena, memandang orang shalih bisa memberikan hal yang positif bagi pelakunya. Memandang orang shalih, bisa membangkitkan semangat, untuk meningkatkan amalan kebaikan, tatkala keimanan seseorang sedang turun. Sebagaimana dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah satu murid Hasan Al Bashri. Beliau pernah mengatakan,”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qaswah keras, maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ Al Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” Tarikh Al Islam, 5/109. Imam Malik sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hati. Beliau berkisah,”Setiap aku merasakan adanya qaswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin Al Munkadir dan memandangnya. Hal itu bisa memberikan peringatan kapadaku selama beberapa hari.” Tartib Al Madarik, 2/51-52. Imam Al Hasan Al Bashri sendiri dikenal sebagai ulama yang memandangnya, membuat pelakunya ingat kepada Allah, sebagaimana disebut oleh ulama semasa beliau, yakni Ibnu Sirin. Ulama lainnya, yang hidup semasa dengan beliau, Ats’ats bin Abdullah juga mengatakan,”Jika kami bergabung dengan majelis Al Hasan, maka setelah keluar, kami tidak ingat lagi terhadap dunia.” Al Hilyah, 2/158. Jika demikian besar dampak positif yang diperoleh saat seorang memandang wajah orang-orang shaleh, maka melakukannya dihitung sebagai ibadah, karena telah melaksanakan saran Rasulullah. Dimana, suatu saat beberapa sahabat bertanya, “Karib seperti apa yang baik untuk kami?” Rasulullah menjawab,”Yakni apabila kalian memandang wajahnya, maka hal itu mengingatkan kalian kepada Allah.” Riwayat Abu Ya’la, dihasankan Al Bushiri. Sebagaimana beliau juga bersabda, “Sesungguhnya sebagian manusia merupakan kunci untuk mengingatkan kepada Allah.” Riwayat Ibnu Hibban, dishahihkan oleh beliau. Tak mengherankan jika Waqi’ bin Jarah menilai bahwa memandang wajah Abdullah bin Dawud adalah Ibadah. Abdullah sendiri adalah seorang ahli ibadah di Kufah saat itu. Tahdzib At Tahdzi, 7/296. Nasihat Memilih Teman Kondisi teman, bisa berpengaruh banyak hal kapada kita, sehingga perlu bagi kita berhati-hati memilih teman. Setidaknya, itulah inti dari nasehat yang disebutkan oleh Imam Abu Laits, dimana beliau mengatakan,”Seorang tidak akan melakukan 8 hal, kecuali Allah akan memberinya 8 hal pula. Kalau ia banyak bergaul dengan orang kaya, maka timbul dalam hatinya kesenangan terhadap harta. Kalau ia akrab dengan orang miskin, maka timbul dalam hatinya rasa syukur dan qana’ah. Kalau ia berteman dengan penguasa, maka timbul rasa sombong. Kalau ia berdekatan dengan anak-anak maka ia banyak bermain. Kalau ia dekat dengan para wanita, maka syahwatnya akan timbul. Kalau ia berkarib dengan orang-orang fasiq, maka datang keinginan untuk menunda-nunda taubat. Kalau ia dekat dengan ahli ilmu, maka ilmunya akan bertambah. Kalau ia dekat dengan ahli ibadah, maka akan termotivasi melakukant ibadah yang lebih banyak.” Bughyah Al Mustarsyidin, 9.
Silahkanbaca artikel Hadist palsu : keutamaan memandang wajah ulama lebih utama dari beribadah selama 60 tahun, berkunjung dan duduk bersama ulama, memuliakan ulama sama dengan memuliakan 70 nabi selengkapnya KLIK DISINI (fotodakwah.com) (Berlebih-lebihan) dalam memuji orang orang alim/Sholeh (Syeikh, Ustadz,Habib,Kiyai, Tuan Guru Dll)
بسم الله الرحمن الرحيمالله صلى وسلم وبارك على سيدنا محمدينAbu Bakar Al-Muthawi’i selama 12 tahun beliau selalu aktif mengikuti majlis pengajian Imam Ahmad. Di dalam majeles hadits tersebut imam ahmad membacakan Al Musnad kepada putra –putra beliu, namun selama mengikuti mejelis tersebut. Al-Muthawi’i tidak memiliki catatatan walau hanya satu Hadits. Lalu, apa yang di lakukan Al-Muthawi’i di mejelis tersebut? Beliu hanya ingin memandang Imam tidak hanya Al-Muthawi’i saja yang datang ke mejelis hadits hanya untuk memandang imam ahmad. Mayoritas mareka yang hadir di dalam mesjid tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Al-Muthawi’i, padaha jumlah mareka yang hadir di dalam mejelis imam ahmad saat itu lebih dari 5000 orang, namun yang mencatat hadist kurang dari 500 orang sahaja. Demikianlah mengisahkan oleh Ibnu Al-Jauzi manaqib imam ahmad, 210Apa yang di lakukan oleh Al-Muthawi’i bukalah hal yang sia-sia karena memandang orang yang shaleh bisa memberika hal yang positif bagi pelakunya, memandang orang yang sahleh bisa membangkitkan semagat untuk meningkatkan amalan kebaikan, jika keimanan seseorang sedang turun. Sebagiamana yang di lakukan oleh Abu Ja’far Bin Selaiman salah satu murid Hasan A-Bashri beliau pernah ,mengatakan “ jika aku merakasan hatiku sedang dalam keadaan keras, maka aku akan segera pergi untuk memandang Wajah Muhammad Bin Wasi’ Al-Bishri maka ha iu mengigatkanku kepda kematian.” Tarik Malik sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hatinya. Beliau bercerita “setiap aku mersakan adanya qaswah dalam hati maka aku mandatagi Muhammad Bin Al-Munkadar dan memandanya. Hal ini bisa memberikan penrigatan kepadaku selama beberapa hari.” Tartib Al-Hasan Al-Basri sendiri juga di kenal sebagai ulama yang memandanya membuat pelakunya akan ingat kepada ALLAH sebagaimana disebutkan oleh ulama semasa dengan belau. Ats’ats Bin Abdullah juga mengatakan.” Jika kami bergabung dengan mejelis a-hasan maka setelah kami keluar kami tidak ingat lagi terhadap dunia.” Jika memang besar dampak positif yang di peroleh dengan memandang para orang-orang yang shaleh maka melakukanya dalah diaangap ibadah karena telah melaksanakan saran Rasulullaah. Dimana suatu saat beberapa sahabat bertanyak. “sahabat seperti apa yang baik buat kami?” lalu Rasulullah menjawab .”yakni apabila kalian memandang wajahnya maka hal tersebut mengigatkan kalian kepada Allah.” Riwayat Abu Ya’lah. Diasankan Al-Bushiri. Mudah-mudahan allah kumpulakan kita semua di dunia dan akhirat bersama orang-orang yang shaleh dan di masukan dalam syurga bersama-sama.
HikmahRamadhan selama 30 hari penuh. 1. Hari ke-1 bulan Ramadhan. Pada awal malam Ramadhan, Allah SWT mengampuni semua dosa yang tersembunyi dan yang terang-terangan. Meninggikan beribu-ribu derajat, membangun lima puluh ribu
Menjadikanorang yang memandang tidak pernah bosan. Doa Nabi Yusuf Pemanis Wajah Bacaan Dalam Rumi: Sesungguhnya aku mimpi melihat sebelas bintang dan matahari serta bulan ; Sekian doa dan amalan pemanis wajah yang bisa anda lakukan untuk memancarkan kecantikan alami dari dalam.
Setelahsadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu. Orang-orang sholeh adalah orang-orangyang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu
NVvGP.